JanganSombong. Ada seorang filsuf yang menaiki sebuah perahu kecil ke suatu tempat. Karena merasa bosan dalam perahu, kemudian dia pun mencari pelaut untuk berdiskusi. Filsuf menanyakan kepada pelaut itu: "Apakah Anda mengerti filosofi ?".
Sebagai insan lemah, kita selalu butuh dengan diksi-diksi motivasi hidup layaknya puisi. Diri ini butuh pemacu semangat islami agar tidak salah sendiri, kan? Dunia terkadang terlampau penuh dengan basa-basi. Pada masing-masing selanya kita dihadirkan segudang kekecewaan itu berbekas hingga meruntuhkan motivasi diri. Tidaklah mudah mengembalikan semangat yang kemarin sudah dipupuk hingga subur dan dua yang yang harus disentuh, yaitu antara pikir dan mudah disentuh, dan barangkali dirimulah yang lebih paham dengan hal tersebut. Tapi bagaimana dengan hati?Tak cukup hanya menanti hidayah, kita harus menjemput sendiri motivasi hidup islami untuk kemudian dijadikan renungan sekaligus refleksi semangat jangan patah arang untuk berjuang menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ini, lebih takwa seiring dengan bertambahnya ini, menghadirkan puisi motivasi hidup yang berisikan pesan-pesan Islam untuk bahan renungan. Semoga Sesal Tiada BergunaJangan tanyakan apa kabar langit ketika duniamu memesona. Gemercik sesal tiada akan datang saat tawamu memang indah. Sebegitunya diri memeras keringat. Demi sesuap nasi. Tahan banting tapi berdusta kepada tulang. Kata hati telah Pencipta duduk manis menatap dunia, tepatnya di kala kau lalai mengingat yang yang terkikis oleh yang mulai yang tiada datang mendung dari langit, mungkin angin sejuk tidak akan berguna lagi. Kau takkan bisa menjemur pakaian hati. Semua tinggal cerita yang bersiap menanti di atau gemuruh. Bahagia atau malah peluh. Sesal itu tiada kau akan menuntut kembali?Andai sesal ada di awal waktu, langkah pikir belum akan membelot. Napas akan berguna. Tulang akan semakin kokoh. Juga, kaca-kaca dalam hatimu tidak akan sekotor Syukur Penyejuk JiwaSenyum itu semu ketika kulihat dari kacamata manusia. Terkadang senyum itu tumpah karena berbalas. Tapi hati manusia kepenatan tiba, gerimis menyusul di belakang jiwa. Rangkaian senyum dengan bibir penyejuk seakan-akan runtuh tertimpa manusia ketika tak berhamba. Laksana menggantung harapan di atas pungguk padi, kekecewaan pasti datang merunduk pilu jadi fatamorgana tanpa syukur penyejuk jiwa. Nikmat tiada akan bertambah. Napas pun enggan berubah kemewahan bakal menuntut pertanggungjawaban. Entah mau jawab apa, karena lalainya syukur telah membakar terlalu panas menelan bergunung-gunung nikmat dunia. Puas tanpa batas. Celaka di akhir bahkan tanpa semestinya menjadi penyejuk jiwa. Senyum tulus jadi pertanda. Bukan karena banyaknya harta, melainkan seberapa lancar diri melantunkan hamdalah dalam aksi Kufurmu MencelakakanIngat dia tapi lupa dengan Tuhan. Aduhai mencelakakan. Tulus dalam pengorbanan tapi setengah hati dalam sujud. Tunggulah! Petir itu akan datang membawa segudang kufur bersinggah, hati jadi semakin gersang. Tubuh yang lemah ini kering kerontang dan tiada berdaya berlindung di bawah naungan naungan. Nyatanya dunia bukan Tuhan. Semuanya hanya permainan yang bakal membuatmu lupa dengan satu-satunya Kasih Maha Sayang, aduhai rinduku kepada-Mu bukan kepalang. Rindu itu semestinya bukan bias, tapi nafsu dunia diri benar-benar berada dalam kerugian. Kufurmu menyengsarakan. Semua kisah akan semakin terang di hari hari itu tiba, datanglah kepada syukur dan duduklah di baitullah seraya bersandar pada satu naungan. Di sana, ucapan alhamdulillah akan lebih berharga daripada sekadar Hidupku Ada untuk IslamMata ini terpampang sempurna namun banyak tingkah. Lirikan kadang tajam kadang teduh. Tapi sayang, lapar mata membuatnya terperosok dalam ini terlihat kuat ketika menggenggam. Terkadang malah semakin kokoh di saat merangkul jiwa-jiwa yang rimpuh. Jiwa yang hari ini dan kemarin sedang sayang, sesekali bahkan sering kali jari-jarinya membelot. Berteriak kepada tetangga untuk menjemput ini terlihat kuat saat melangkah. Rupanya tampil begitu sempurna menginjak tanah. Rumput-rumput tenggelam dalam lumpur, sedangkan kedua kaki selamat dari kaki sering kali terlampau sombong saat menerjang. Dia merasa kuat, padahal akan semudah itu dia patah. Setelah patah, akan berakhir dengan tiada mata ini, tangan ini, dan kaki ini ada untuk Islam. Begitulah seharusnya hidupku. Napas ini berharga ketika lantutan syahadatain menggelora. Kaki ini akan berbangga ketika banyak orang datang ke mata? Tersadar seraya mengetuk kelopak untuk bangun di sepertiga malam untuk memohon ampun atas segala ada untuk Islam. Jika hidupku jauh dari Islam, lalu apa gunanya aku hidup. Juga, apa gunanya aku mati bila pada akhirnya salah jalan untuk Panggilan Sayang dari AllahPergi ke tanah lapang, ragaku sayang. Berjalan dan berlari menyingkirkan kerikil keringat diri. Satu dan dua langkah belum cukup untuk berhenti. Jasad ini ingin mengumpulkan banyak dan biasa. Dua kata yang tak lagi peduli dengan temaram dan fatamorgana. Ke mana langit bertingkah, sekujur badan akan berteduh di bawah mewah. Pondok bertingkat. Dompet berlapis emas. Hingga air putih yang menjadi manis karena akhirnya raga jadi lalai. Pernak-pernik dunia terus-terusan melambaikan kata sayang. Salah sayang lalu lupa siapa yang Maha sayang dari Allah sekarang tak terdengar begitu di waktu pagi. Pejamkan mata di waktu siang. Mengantuk di malam hari setelah begadang. Tak terdengar lagi kumandang raga menyayat buku amal, aku harus menjemput panggilan sayang. Karena Allah sebaik-baiknya tempat cinta yang Maha Surgamu Dekat Surgaku JauhKita dilahirkan sama. Berasal dari saripati seorang hamba. Kita tumbuh lalu merangkak lalu berjalan lalu berlari lalu duduk lagi. baju merah putih, putih biru, putih abu-abu, hingga kemeja. Manis rasanya dunia. Laksana madu para berhenti tapi cukup resah untuk memulai. Semakin menatap surya, rasanya surgaku semakin dekat. Dunia ini menyenangkan. Tidak seperti kata orang-orang di kursi panas di sebalik tembok. Kopi susu selalu dibuatkan dengan takaran yang pas. Sepulangnya diantar-jemput. Rasanya surgaku semakin setelah kulihat ke seberang. Aku resah. Surgamu yang dekat. Kulihat rumahmu laksana pondok sempit ada kopi susu. Tidak ada kendaraan antar-jemput. Juga, tidak ada ada air putih dalam teko. Gelas plastik. Juga beberapa potong ketela terlihat bahagia saat bersarung. Pada sore hari, anak-anakmu pulang menyapa membawa kitab-Nya. Anak-anakmu sudah aku sudah lupa apa kabar para huruf hijaiyah. Ke mana jim ke mana pula dal. Kemarin aku lancar ucap kha sekarang lidahku kelu berkata dekat surgaku jauh. Jelang rimpuhnya diri. Aku ingin segera kembali. Izinkan aku mencicipi sepotong ketela rebus. Dan semoga Allah menunjukkan jalanku.***Demikianlah segenap puisi sederhana yang bisa Guru Penyemangat sajikan. Terkadang diksi-diksi motivasi islami bisa lebih memotivasi diri, terutama ketika dirimu sedang apalah arti kata-kata indah ketika diri belum mencoba berbuat seraya berbenah. Lisan yang manis tanpa tindakan dan keringat tiada bakal menghasilkan juga💚Puisi Tentang Rasulullah dan Dua Belas Rabiul Awal💖Puisi Cinta untuk Mama, Seorang Malaikat yang Tulusnya Tiada Tanding💪Puisi Tentang Impian dan Harapan untuk Bersanding dengan Swastamita inimungkin dapat memberi motivasi terutama bagi pemeluk agama islam. 5 cerita pendek yang dapat memotivasi dan menginspirasi anda. bacalah 5 cerita pendek yang dapat memotivasi dan menginspirasi anda tentang kehidupan berikut ini, cerita yang akan membuat anda tersenyum setelah anda mengambil hikmahnya. 1. setiap orang memiliki kisah hidup. Bismillah. Salam Bahagia, Duhai Sobat Guru Penyemangat!Alhamdulillah, ya, hingga hari ini Allah SWT senantiasa memberikan kita semua kesehatan, kesempatan, serta kebahagiaan untuk menghadapi dunia yang penuh sedikit dari manusia yang mencoba untuk mencari ketenaran dan rasa bangga ketika hidup di alam yang fatamorgana popularitas itu sejatinya sangat rawan mengguncang iman, bahkan cukup banyak pula manusia yang imannya kandas hanya demi uang, jabatan, atau bahkan begitu, di sisi yang sama banyak pula remaja yang mulai mendekati Islam. Bukan tanpa alasan, bekal ilmu dan pengajaran dari orang tualah yang membuat mereka ingin membahagiakan dalam kesempatan kali ini ingin menghadirkan cerpen Islami pendek yang InsyaAllah bakal memotivasi para remaja untuk membahagiakan Ayah dan Islami pendek berikut berkisah tentang keinginan seorang anak untuk memberikan mahkota kepada Ayah dan Ibunya dengan cara menghafal mari disimak dan kita petik pelajarannya, yaCerpen Islami Ingin Dirindukan Penduduk LangitOleh Sri RDSemua berawal dari sebuah rumah mewah dan luas di tengah keramaian kota. Namun, terasa sempit dan sepi, karena aku sebagai penghuni tunggal di rumah orang tuaku, hari-harinya sibuk dengan urusan dunia. Katanya, “Demi kamu, Nak!”Alasannya dapat aku terima, karena sejak aku mengenal dunia, tak ada yang kurang, dunia bak surga. Kasih sayang, kebutuhan, keinginan, semua di luar batas dari angan-angan anak kecil pada kala teman-temanku hanya bisa jalan-jalan di alun-alun kota, Ayah, Ibu, mengajakku ke Singapura, Spanyol, semua berubah seketika tatkala Ayah, Ibu mulai sibuk dengan pekerjaannya. Ayah sebagai pimpinan perusahaan dan Ibu, menjadi bagian di dalamnya. Sementara Mbak Ipah yang biasa membantu Ibu membereskan rumah harus pulang kampung untuk menikah. “Nak, kamu sudah SMP, tidak usah cari asisten lagi, kita mengurus diri sendiri saja!” kata Ibu ketika Mbak Ipah memutuskan pekerjaan rumah aman, karena memang tidak ada pekerjaan yang harus dikerjakan. Setiap hari Sabtu ada pihak laundry yang akan membawa baju kotor kami. Jika rumah, taman sudah mulai kotor, Ayah akan menghubungi makan, Ibu tidak perlu repot-repot mengotori dapur dan meja makan. “Nak, siang kamu go food saja ya, Ibu pulang pukul pesan Ibu melalui chat hanya bisa menjawab, “Iya, Bu.”Semua serba go, go. Sebetulnya aku ingin protes, bukan makanannya saja yang aku butuhkan, tetapi keberadaan Ibu saat pulang Ya … Namun, tak bisa mengatakannya kepada Ibu dan Ayah.***“Nisa, aku mau pindah pesantren,” kata Nur teman satu bangku.“Oh ya? Boleh aku ikut denganmu, mondok juga, bilang orang tuamu ya, kita berangkat bareng.”Boleh Baca Cerpen Tentang Santri, Memetik Pelajaran dari Kisah Anak PesantrenNur tampak bingung dengan keputusanku yang tiba-tiba, setelah aku yakinkan, dia setuju dan menjanjikan orang tuanya akan mendukungku. Orang tuaku, mereka tidak sibuk mengurus sekolahku, katanya aku sudah besar, bisa memilih mana yang baik dan benar. “Mana yang harus Ayah tanda tangani,” tanyanya saat aku meminta izin aku berteman dengan Nur dan keluarganya. Bahkan Uminya selalu menasehatiku, seperti kala itu ketika aku mengeluh tentang kesibukan ibu.“Mereka orang tuamu yang patut kamu sayangi dan hormati, saat ini mereka mencintai dunia, kamu doakan semoga ayah dan ibumu suatu saat mencintai akhirat juga.”Sekarang aku sudah ada di pondok bersama Nur. Ayah, Ibu, belum sekali pun menjenguk. “Rindu ayah ibumu ya, Nis?” tanya Nur.“Mereka tidak merindukanku,” ujarku pendek.“Belum,” sanggah Nur.“Mereka merindukan materi,” ujarku lagi.“Doakan mereka ya!” saran Nur sambil mengelus semakin gelap, satu persatu mulai tampak bintang tersenyum pada kami yang setia menanti kehadirannya. Kami pun tertawa, “Lihat, cantik sekali!” teriakku.“Ssst jangan berisik, seiisi kamar nanti keluar,” tegur Nur pelan sambil mendorong badanku pelan. “Kenapa kamu ingin pesantren, Nur? kalau aku kan hanya mencari keramaian di tengah-tengah kesepian dalam keluarga,” tersenyum memandangku dalam, “Kamu belum tahu cita-citaku ya?” “Kenapa balik tanya, lagian kapan kamu cerita tentang cita-cita?” gerutuku. “Lihat ke langit, Nis, suatu hari nanti ketika aku meninggalkan Abah, Umi, kamu, dunia ini, ingin penduduk langit menyambutku dengan senyum karena mengenalku dengan baik. Semoga dengan aku belajar Al-Qur’an dan menghafalnya di pesantren, aku bisa mewujudkannya,” tuturnya sembari terus menatap langit dan sejuta bintang.“Aku juga ingin memakaikan mahkota kepada kedua orang tuaku di akhirat kelak yang sinarnya lebih bagus dari sinar matahari,” tuturnya itu, aku teringat kepada Ayah Ibu yang berusaha mencari makhota dunia untukku. Apakah aku adil jika membenci dan menghindar dari mereka dengan cara pesantren?“Nur, aku akan meluruskan niat pesantren di sini, juga ingin memakaikan mahkota kepada Ayah dan Ibu. Bantu aku mewujudkannya ya!” memeluk pundakku, “Kita belajar besama, Insya Allah orang tua kita akan bahagia.”Sekarang semua berawal dari pondok pesantren, bukan dari rumah mewah di tengah ramainya hiruk pikuk kota yang menyesakkan. Kami kembali menikmati kebesaran Tuhan yang tiada terukur. Aku pun ingin menjadi salah satu yang dirindukan penduduk langit.*****Demikianlah tadi sajian Guru Penyemangat tentang cerpen Islami pendek. Mudah-mudahan anak-anak kita, keluarga kita, serta sanak saudara kita menjadi lebih dekat dengan Al-Qur'an, CeritaMotivasi Pendek - Batu Besar. Pada zaman dahulu, ada seorang raja yang senang pergi keluar istana dan mengamati rakyatnya. Suatu hari, ia memutuskan untuk menaruh sebuah batu besar di persimpangan jalan lalu bersembunyi di semak. Setelah beberapa jam, muncul dua orang pedagang yang menaiki kereta kuda.
Cerpen terdiri dari beragam cerita yang menarik dan inspiratif. Salah satu tema yaitu cerpen Islami untuk topik menulis. Cerita pendek Islami ini bisa dibuat untuk tugas sekolah Bahasa Indonesia. Contohnya saja cerita tentang pelajaran hidup yang didapat setelah berbuat kebaikan. Cerpen termasuk karya sastra populer. Cerpen berupa cerita pendek, singkat, dan jelas. Alur cerita cerpen mudah dipahami oleh pembaca. Konflik yang ada dalam cerita tersebut juga jelas, berbeda dengan novel. Berikut contoh cerpen Islami motivasi mengutip dari Cerpen Islami Motivasi 1. Sahabat Sholat Dhuha Karya Diaz Tavarel S Di bangku sekolah menengah, ada anak yang namanya Rudi. Rudi sangat disenangi oleh teman-temannya. Karena Rudi sangat baik dan tidak sombong ketika bergaul. Kalau di kelas, Rudi tidak sangat pintar, dan tidak sangat bodoh. Rudi seringkali mendapat nilai jelek kalau ulangan. Sering kali Rudi dimarahi gurun dan dibenci oleh guru karena mendapat nilai yang tak layak. “Kenapa kamu sering mendapatkan nilai jelek Rudi?” tanya salah satu guru kepada Rudi.“Iya Bu, maaf memang saya bisa mengerjakan segitu” jawab Rudi.“Apakah kamu tidak pernah belajar Rud?” Tanya Ibu guru.“Belajar Bu, tetapi saya mendapatkan nilai segitu.” kata Rudi“Oh ya udah nggak apa-apa” kata Bu guru Kriiinnggg. Bel istirahat pun berbunyi. Rudi segera menuju masjid yang ada di sekolahnya untuk melakukan salat dhuha. Setelah melakukan salat dhuha, Rudi melihat adik kelas yang sedih di serambi masjid. Rudi menghampiri anak itu. “Kamu kenapa dek?” tanya Rudi kepada anak itu.“Saya lapar kak” jawab anak itu.“Apakah kamu tidak membawa uang saku?” Tanya Rudi kembali.“Tidak kak, saya tidak diberi uang saku oleh bapak saya” jawab anak itu. Setelah mendengar jawaban itu, Rudi pun ingin tahu tentang masalah anak itu. “Emang kenapa dek, dengan bapakmu?” Tanya Rudi.“Bapak saya sering menghabiskan uangnya kak, sering dibuat mabuk-mabukan dan berj*di” jawab anak itu dengan menangis.“Astaghfirullah hal adzim, udah jangan menangis dek” kata Rudi.“Iya kak” kata anak itu sambil mengusap air mata. “Udah ayo tak traktir makanan ke kantin” ajak Rudi.“Ga usah kak gapapa kok” jawab anak itu dengan malu.“Udah ayo gapapa, jangan malu gitu dong” ajak Rudi.“Iya udah ayo” kata anak itu. Rudi dan adik kelasnya berangkat ke kantin. Sesampai di kantin keduanya memesan nasi dan minuman. Setelah memesan nasi dan minuman, mereka pun langsung memakan di tempat yang sudah disediakan. Saat sedang makan, bel masuk pun berbunyi.“Krrriiiiinnggg”.“Udah masuk kak” kata anak itu.“Udah gapapa lanjutin aja” sahut Rudi Setelah makan udah habis, mereka langsung membayar dan segera masuk kelas masing-masing. Ketika masuk ke kelas, ternyata guru Rudi telah masuk di kelasnya.“Assalammu’alaikum Bu” salam Rudi sambil mengetok pintu.“Wa’alaikumsalam” jawab Bu langsung salim ke gurunya.“Maaf bu saya telat masuk kelas” kata Rudi.“Darimana kamu Rud?” Tanya Bu guru.“Saya dari kantin bu” jawab Rudi. Mendengar jawaban itu ibu guru langsung memarahi Rudi. Rudi pun terdiam dan merasa malu kepada teman-temannya. Ibu guru langsung menyuruh Rudi duduk dan berjanji tidak mengulanginya lagi. 2. Idul Adha dan Seekor Tikus Karya A. Zulfa Muntafa Siang itu setelah beberapa pekerjaan rumah diselesaikannya, dia berbaring di tempat tidurnya seperti biasa. Dia men-scroll cakrawala di salah satu media sosial miliknya hingga lama. Sebenarnya dalam benaknya agak merasa bagaimana jika terus-terusan begitu lama-lama. Namun sementara begitu dulu tak apa. Santai saja. Daripada melakukan sesuatu yang merugikan orang lebih baik sibuk dengan dirinya sendiri meski terkesan seperti tidak melakukan apa-apa. Selepas menikmati aktivitasnya itu, dia ingin ke belakang—walau agak malas karena harus bergerak dari ranjang yang membuatnya nyaman. Dia hendak berhajat kecil. Dia lantas mulai beranjak dari posisinya itu kemudian berjalan melewati beberapa ruangan di rumahnya yang juga sangat nyaman hingga tiba di bilik mandi. Tak perlu diceritakan apa yang dilakukannya di situ, sudah jelas. Sesudah itu, setelah merasa lega, dia kembali menuju kamarnya dan duduk di kursi yang berada di sebelah ranjangnya. Di sampingnya ada juga meja berbentuk L, tempat biasa dia meletakkan barang-barang yang dia perlukan. Kembali di-scroll-nya konten-konten di media sosialnya, untuk mengisi waktu, barangkali menemukan hal-hal yang dianggapnya menarik—atau jika beruntung malah menjumpai gambar wanita cantik. Dia juga menyukai konten musik. Tak berselang lama, dia mendapati seekor tikus lewat dengan cepat di samping kursi kayunya yang beralas empuk—ada beberapa tikus yang turut menginap di kamarnya memang, dia tidak begitu mempermasalahkan hal itu juga—bersamaan dengan video takbir berkumandang yang didapatinya di ponselnya. Hari itu masih bernuansa Iduladha. Namun yang berbeda, tikus yang biasanya melintas dengan lugas kali itu tiba-tiba berhenti sejenak ketika takbir kurban terdengar meski hanya dari ponselnya. Agak aneh memang jika sekilas dipikirkan. Seekor tikus yang tidak berakal ikut serta dalam hormat kepada Tuhan. Namun dia dan tikus itu hakikatnya sama-sama mamalia, sama-sama makhluk-Nya. Mereka berdua sama-sama termangu sejenak—entah karena apa yang pasti hanya Dia yang tahu—lantas melanjutkan tugas mereka sendiri-sendiri menjemput takdir masing-masing. 3. I Never Give Up Karya Dhiya Shafiya Putri Hari ini kalender menampilkan tanggal 12 Juli, tanggal di mana seorang perempuan berumur 11 tahun berulang tahun. Naura Haira Taqiya, biasa dipanggil Haira. Seseorang yang terkenal dengan kepintarannya dalam berbagai pelajaran di sekolah, selalu menduduki ranking tiga di kelasnya. Kelemahan Haira hanya satu, ia lemah dalam hafalan, nilai Haira sendiri sangat turun di bidang Al-Qur’an dan hadis. Hal tersebut membuat Haira jarang membaca Al-Qur’an karena sudah menyerah dalam menghafal. “Haira!!” Sebuah teriakkan membuat Haira yang baru saja keluar gerbang sekolah menoleh, ia mendapati kedua sahabatnya tengah berlari sambil memegang sesuatu. “Selamat ulang tahun!” Sahut keduanya bersamaan sambil menyodorkan sebuah kotak yang sudah terbungkus rapi oleh kertas tersenyum lebar, ia berterima kasih dan menerima kado dari si kembar-sahabatnya dari kelas sebelah. “Kau sudah berumur 12 tahun saja ya? Tidak terasa kita sudah 4 tahun bersama.” Tanggap mengangguk menyetujui. “Benar, aku yakin kak Era-hump!”Perkataan Qiara terputus karena Laila membungkam mulutnya dengan panik. Membuat Haira bingung, kenapa Laila panik? Dan siapa juga Era? “Ah! Haira! Kami pulang dulu ya! Sudah dijemput! Dah!” Haira mengangguk dan balas melambai ke arah Laila yang pergi sambil menutup mulut juga harus kembali ke rumahnya dengan cepat, Haira sudah sangat penasaran dengan kado yang akan diberikan oleh ayahnya yang baru saja pulang hari ini dari negeri sebelah untuk bekerja. Sesampainya di depan rumah, Haira langsung masuk sambil berteriak memberi salam. Betapa terkejut dan senangnya Haira ketika melihat rumahnya sudah didekorasi begitu indah.“Selamat ulang tahun!” Teriak Ibu dan tersenyum lebar, ia kemudian memeluk kedua orangtuanya senang. Sekarang saatnya Haira membuka hadiah-hadiah yang ia dapatkan, termasuk kado berbentuk segi panjang dari ayahnya yang terbalut kertas kado berwarna merah-warna kesukaan Haira. Wajah Haira semakin lama semakin berbinar begitu membuka kado-kado dengan bermacam isi. Dan terhenti tepat ketika Haira membuka kado dari ayahnya. Sebuah kerutan muncul di kening Haira. “Al-Qur’an?” Haira lantas menoleh pada ayahnya. “Ayah rasa sudah saatnya kau kembali menghafal Al-Qur’an Haira.”Haira terdiam sebelum akhirnya tiba-tiba bangkit berdiri. “Haira gak mau!! Ayah kan tau kalau Haira lemah dalam Al-Qur’an! Kenapa ayah berikan ini ke Haira!!” Ayah dan ibu Haira saling berpandangan.“Tapi bukan berarti Haira menyerah sayang. Ayah sudah belikan yang warna merah loh, kesukaan Haira.”Haira menggelang dengan cepat, ia kemudian berlari pergi keluar rumahnya. Meninggalkan ayahnya dan ibunya yang diam. Kini Haira berada di taman, tempat kesukaan Haira. Duduk di sebuah bangku sambil menunduk.“Ayah ibu kenapa sih? Padahal Haira kan lemah dalam hafalan, gak bisa menghafal Al-Qur’an walau sudah berkali-kali terdiam, memandang tanah di bawahnya. Sibuk kalut dengan pikirannya sendiri, hingga sebuah alunan pelan terdengar. Haira mendongak dan menoleh ke sampingnya, terdapat seorang perempuan yang umurnya kira-kira 13 tahunan. Tengah melantukan sebuah surat sambil memangku sebuah Al-Qur’an berwarna orange. Sebuah rasa tenang juga janggal terasa di hati Haira ketika mendengar dan memandang perempuan tersebut. Hingga pandangan Haira teralihkan pada Al-Qur’an di pangkuan perempuan tersebut, Al-Qur’an itu sama persis dengan hadiah dari ayahnya, yang membedakan hanya warnanya.
SemuaTergantung Anda Mau Memilih Makna Apa. Bukanlah kondisi yang menentukan, tetapi bagaimana Anda memberi makna terhadap kondisi tersebut. Cerita nasi sudah menjadi bubur, dua orang yang mengalami kondisi yang sama tetapi memberi makna yang berbeda. Dari sana jelas, bukan keadaan yang membuat Anda semangat atau tidak semangat.

Takhanya itu dari cerita pendek untuk anak ini anak anda bisa belajar untuk mengucapkan terima kasih setelah dibantu orang lain. Tips dan rekomendasi 15 menit dengan cerita singkat untuk motivasi 15 menit dengan cerita singkat untuk motivasi 58 13may penulis. Cerita Motivasi Islami Berisi Kumpulan Cerita Yang Menarik Mengagumkan Terkadang

Berikutadalah kumpulan cerita anak islami yang dapat memberikan pesan-pesan moral dan nilai-nilai Islami pada buah hati. 1. Orang Tua yang Sabar. Suatu hari seorang penduduk desa yang sedang melewati sebuah gunung bertemu dengan seorang laki-laki tua yang buta dan menderita berbagai penyakit di sekujur tubuhnya.
8RMRNI8.
  • eoix1ygb0v.pages.dev/316
  • eoix1ygb0v.pages.dev/508
  • eoix1ygb0v.pages.dev/483
  • eoix1ygb0v.pages.dev/130
  • eoix1ygb0v.pages.dev/590
  • eoix1ygb0v.pages.dev/83
  • eoix1ygb0v.pages.dev/108
  • eoix1ygb0v.pages.dev/267
  • cerita pendek motivasi islam