Sejarah Motif Batik Jambi dan Penjelasannya — Kota propinsi Jambi ini merupakan salah satu daerah yang turut serta dalam partisipasi dan menyebarluaskan kekayaan model baju batik tradisional khas Indonesia dimana pemerintah Jambi turut berperan menjadi penggerak utama dalam melestarikan budaya batik ini. Perlu diketahui bersama bahwa Propinsi Jambi terletak di wilayah pesisir timur pada bagian tengah Pulau Sumatera dan merupakan satu dari tiga propinsi di negara Indonesia yang nama ibukotanya sama dengan nama propinsi tersebut, selain Gorontalo dan Bengkulu. Jika anda melihat melalui peta, letak demografi propinsi Jambi berada diantara 2,45° Lintang Selatan, 0,45° Lintang Utara, dan diantara 101,10°-104,55° Bujur Timur. Pada bagian utara berbatasan langsung dengan Propinsi Riau, kemudian pada bagian timur berbatasan langsung dengan Selat Berhala, lalu bagian selatan berbatasan langsung dengan Propinsi Sumatera Selatan dan terakhir di bagian barat berbatasan langsung dengan Propinsi Bengkulu dan Propinsi Sumatera Batik JambiSejarah batik Jambi tidak diketahui secara jelas awal mula kegiatan membatik ini dilakukan oleh masyarakat setempat hingga menjadi budaya sampai sekarang. Jika kita runut melalui fakta sejarah kerajaan pada masa kuno yaitu dimulai dari era Kesultanan Melayu di Jambi, yang juga tidak diketahui secara jelas waktu dan tahunnya dimana pada masa kesultanan tersebut batik Jambi sudah dikenal dan dikenakan oleh para kalangan atas dengan motif utamanya yaitu flora dan fauna. Hingga pada akhirnya ketika masa pemerintahan Soeharto sekitar tahun 1980-an, batik Jambi mulai dikembangkan dengan pemerintah Jambi sebagai motor penggerak utama dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat guna menggeliatkan kembali budaya batik khas Batik JambiMotif batik jambi sangat beragam dan sudah berkembang pesat sejak tahun 1980-an dan beberapa motif batik jambi mungkin bisa menjadi referensi dalam melakukan kreasi membuat model baju batik kekinian. Berikut ini beberapa motif batik yang cukup dikenal dari batik jambiBatik Jambi motif Bungo PauhBatik Jambi motif Kapal SanggatBatik Jambi motif Batang HariBatik Jambi motif Duren PecahBatik Jambi motif Merak NgeramBatik Jambi motif Candi MuaraBatik Jambi motif Tampok ManggisBatik Jambi motif Angso Duo BersayapBatik Jambi motif Tabor TitikBatik Jambi motif Kaca PiringSebenarnya masih banyak motif batik jambi lainnya namun secara keseluruhan motif batik tulis tersebut mempunyai kesan makna yang elegan dan memperlihatkan suatu wibawa. Jika kita tinjau dari segi penggunaan warna tentu saja menggunakan warna-warna yang cenderung ceria, cerah, dan kesan suka cita yang begitu dominan. Kita harus bangga dengan akar budaya Indonesia pada umumnya dan budaya daerah pada khususnya agar selalu terjaga dan tetap lestari atas warisan budaya yang kita dapat, sehingga kita harus tahu dan mengenal sejarah batik Jambi dan penjelasannya, mulai dari motif batik nya hingga model baju batik jambi yang tradisional. Makna dan filosofi yang terkandung pada motif batik jambi merupakan doa dan harapan untuk semua orang yang mengenakan batik jambi tersebut. Semoga artikel ini dapat meningkatkan wawasan juga rasa cinta kita kepada budaya Indonesia dan kirim email, saran, maupun kritik kepada kami mengenai batik atau artikel yang kami buat. Gambar Batik Jambibatik jambi angso duoDaftar Pustaka Sejarah Motif Batik Jambi dan PenjelasannyaJambi, Wikipedia, Online diakses pada tanggal 12 Agustus Motif Batik Jambi dan Penjelasannya, Cah Bagoes. Online diakses pada tanggal 12 Agustus 2016.
Batikyang mudah digambar di kertas motif batik gurda nama batik ini berasal dari kata garuda yang mana adalah salah satu burung besar yang mempunyai kedudukan tinggi di negara ini. Ini adalah ornament yang sekilas seperti motif kain batik. Source: sugriwagambar.blogspot.com.
Membicarakan tentang batik memang tidak aka nada habisnya. Kali ini akan dibahas salah satu batik di luar Pulau Jawa yang memiliki beragam motif yang jarang terdengar, namun kaya akan nilai budaya nya. Batik jambi pada dasarnya banyak berisi tentang keindahan alam yang tercermin pada motif flora dan faunanya. Pertama kali batik di Jambi ditemukan oleh Tasilo Adam pada tahun 1928 yang lalu dibantu oleh Tuan Ezarman, seorang bangsawan melayu. Batik jambi diyakini berkembang sejak jaman nenek moyang di Kampung Tengah yang letaknya berada di Sebrak Sungai Kota Jambi. Nian S. Djoemana pada 1986 menceritakan bahwa Batik Jambi ikut dikembangkan oleh Raja-Raja Melayu. Mereka ikut serta mempeloporinya dengan memakainya di dalam lingkungan istana, baik untuk pakaian sehari-hari maupun acara besar. Di jaman modern era 1980 an, Ir. Sri Soedewi Maschun Sofwan Ibu Gubernur Jambi saat itu bersama Ibu Lyli Abdurrahman Sayoeti menjadi pelopor batik Jambi era modern, dengan mendatangkan ahli batik tulis dari Yogyakarta. Dari situ mereka mengumpulkan banyak orang untuk belajar membatik. Teknik pembatikan yang diajarkan merupakan batik tulis dengan dua metode pewarnaan. Yang pertama adalah pewarnaan alam, dan yang kedua pewarnaan sintetis. Namun hingga saat ini teknik yang paling populer digunakan pengrajin batik Jambi adalah teknik pewarnaan sintetis. Motif Angso Duo Terdapat beberapa jenis motif batik Jambi yang terkenal diantaranya yaitu Motif Angso Duo. Motif Angso duo ini digambarkan dengan dua hewan angsa yang saling berhadapan atau beriringan pada beberapa modifikasi motif lainnya. Motif ini mengandung makna bahwa setiap orang haruslah selalu berusaha untuk mencari tempat yang lebih baik. Manusia di muka bumi juga diajakarkan untuk selalu selaras dan harmonis dengan sesamanya. Makna lainnya yaitu manusia juga diajarkan untuk tetap gigih dan sabar dalam berusaha. Motif Batanghari Motif kedua yaitu Motif Batik Batanghari. Motif ini dilukiskan dengan pelbagai detail seperti gunung, sungai mengalir, flora, dan fauna. Nama Batanghari diambil dari nama sungai utama yang ada di Jambi dan salah satu sungai terpanjang di Pulau Sumatera. Motif Batanghari berbentuk sulur tanaman yang membentang dari bawah ke atas, yang terinspirasi dari lekukan sungai Batanghari itu sendiri. Motif Batanghari bermakna perjalanan hidup orang yang penuh liku-liku seperti lekukan sungai Batanghari. Ada juga yang mengatakan bahwa kita diajarkan untuk pantang menyerah, ketika dihadapkan oleh masalah yang penuh liku, tetaplah mencari jalan keluar untuk menyelesaikannya sampai ke hilir sungai. Motif Kaco Piring Motif terkenal di Jambi yang ketiga yaitu Motif Bungo Kaco Piring. Jika dilihat sepintas, pada batik Jawa mirip dengan beberapa motif yang terlihat sama seperti motif Kawung atau motif Madubronto. Ini digambarkan dengan motifnya yang simetris dan tipikal berulang. Nama Kaco Piring diambil dari motif bunga jeruk bercabang, dan terdapat kesalahan ketika menarik cantingnya sehingga membentuk bunga Kaca Piring Gardenia Jasminoides. Makna dari motif ini adalah agar manusia diajarkan untuk selalu tegar dalam menjalani kehidupan dan menggambarkan hati yang bersih. Motif keempat yaitu Motif Bungo melati. Bunga melati di Jambi diilustrasikan lebih harum daripada bunga melati di daerah lainnya. Sekilas pula motif ini memiliki kemiripan seperti motif batik Jawa, yaitu motif Truntum, dimana motif ini berisi bunga-bunga kecil yang berulang di satu helai kain. Pesan yang terkandung pada motif ini adalah agar manusia tidak perlu memiliki sifat iri dengki, dengan selalu penuh syukur, dan makna lainnya menyimbolkan agar orang tidak memaksakan kehendaknya pada orang lain dan tidak perlu tinggi hati. Motif Durian Pecah Motif kelima yang juga terkenal yaitu motif Durian Pecah. Motif ini, sesuai namanya, digambarkan dengan buah durian yang terpecah atau terbelah dua. Motif ini juga merupakan motif yang mirip dengan motif ceplokan yang ada di batik Jawa. Motifnya yang juga berulang dan tipikal. Selain gambar buah durian, ornament lain yang mengisi motif ini adalah hiasan resam, daun pakis, bunga kangkung. Durian Pecah memiliki arti bahwa durian merupakan buah istimewa bagi orang Jambi dan orang adat Jambi berpepatah “Alam terkambang jadi guru” artinya seenak apapun rasanya, jika sudah rusak tidaklah berguna. Dan orang diajarkan juga untuk menjaga sesuatu agar tidaklah rusak. Makna lain yang terkandung adalah pemimpin haruslah manah, tegas dalam ucapan dan perilakunya, juga memberikan manfaat bagi orang banyak. Motif Tampuk Manggis Motif keenam dari Jambi yang terkenal yaitu motif Tampuk Manggis. Bentuknya yang juga mirip dengan Kawung Beton dan Madubronto ini, merupakan intepretasi dari buah manggis yang banyak dijumpai di Jambi dan tersusun rapi di sehelai kain. Jumlah aksen ornament di luar dan dalam kurungan pada motif haruslah sama, ini menggambarkan sifat masyarakat Jambi yang jujur dan terbuka. Kulit manggis yang hitam tetapi berwarna merah di dalamnya dan putih untuk warna buahnya, menyimbolkan bahwa jangan menilai sesuatu hanya dari luarnya saja. Motif Kapal Sanggat Motif keenam, dikenal banyak masyarakat Jambi yaitu motif Kapal Sanggat. Ilustrasi dari motif ini adalah kapal laut yang bentuknya kecil dan bermotif kongruen pada sehelai kain, yang juga ditemani beberapa objek lainnya seperti binatang laut kepiting, udang, ikan, kerang, dll. Banyak pesan yang terkandung pada motif Kapal Senggat. Dinamai kapal senggat, karena senggat berarti kandas dalam bahasa melayu. Tafsirannya, kapal ini tidak dapat meneruskan perjalanan karena tersangkut sesuatu. Pesan adat setempat adalah “berlayar sampai ke pulau, berjalan sampai ke tujuan”, adalah peringatan bagi orang lain agar dalam mengerjakan sesuatu tidak boleh setengah hati, harus sampai tuntas dan selesai. Motif ornament lain berisikan hewan laut disekitarnya yang kaya akan protein seperti ikan, kepiting,dsb. Ini menandakan bahwa setiap orang, disekelilingnya banyak terdapat teman yang bermanfaat dan baik yang terkadang terlupakan disaat dalam perjalanan hidup yang butuh juga untuk diperhatikan. Makna terakhir, jika dilihat pada motifnya, tiang kapal digambar terbalik, tidak seiringan dengan bentuk kapal. Ini mengindikasikan bahwa seseorang harus tetap waspada dalam mengerjakan sesuatu. Janganlah lalai dalam menjalankan tugas yang dapat menyebabkan malapetaka di kemudian hari. Motif Kuao Berhias Motif terakhir yang akan dibahas yaitu motif Kuao Berhias. Kuao merupakan unggas atau hewan dalam spesies Argusianus, yang terdapat dua jenis, yaitu Kuao Raja Argusianus Argus dan Kuawo Bergaris Ganda Argusianus Bipunctatus. Dua jenis Kuao ini merupakan hewan unggas asli Indonesia. Digambarkan pada kain, motif Kuao sedang bercermin sambil mengepakkan sayap. Direfleksikan Kuao sedang berkaca sehingga ada dua ekor Kuao pada satu bidang objek. Pesan yang terkadung pada motif Kuao ini adalah agar seseorang selalu melakukan introspeksi diri, selalu mengevaluasi diri apa yang menjadi kelebihan dan kekerungannya. Diharapkan dengan selalu memperbaiki diri, seseorang tersebut menjadi pribadi yang akan lebih baik lagi di kemudian hari.Motif dapat diartikan sebagai pola garis yang membentuk sebuah gambar, Batik berasal dari kata tik-tik, batik didefinikan sebagai menggoreskan cairan lilin panas/cair di atas lembaran kain dengan menggunakan peralatan canting, bahan pewarna melalui proses pencelupan dan lorotan. Maka motif batik dapat diartikan sebuah pole garis yang membentuk gambar yang diterapkan sebagai batik. Dalam perkembangannya membatik bisa dilakukan dengan cara di cap batik cap, dicetak batik printing, sistem ikat batik ikat/jumputan dan lain sebagainya. Pewarnaan batik juga telah mengalami berbagai teknik , misalnya dengan cara dikuas untuk mewarnai bagian-bagian tertentu yang dikehendaki. Jika ditelusuri lebih jauh, timbulnya sebuah motif itu didorong oleh suatu keinginan menghias suatu benda untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, antara lain kebutuhan sepiritual persembahan pada para dewa, para raja/penguasa kebutuhan untuk memvisualisasikan simbul-simbul religi, kebutuhan estetik, dan kebutuhan-kebutuhan lain menurut fungsi yang diinginkannya. Dari keinginan menghias suatu benda inilah, timbul berbagai macam bentuk hiasan yang kemudian disebut dengam ragam hias. Ragam hias disebut ornament dengan bahasa Inggris sedang dalam bahasa Belanda dikatakan siermotieven. Dapat dilihat pada terjemahan Van Der Hoop sebagai berikut “Arti suatu ragam hias tidak dapat diterangkan dengan satu kata sering arti itu malahan tidak menentu” Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa memang tidak mudah memberikan arti dan pemaknahan sebuah ragam hias. Terlebih jika ragam hias tersebut telah keberadaannya. Artinya ragam hias itu telah keberadaannya dan kita tidak tahu tentang asal-usul, latar belakang mengapa kapan tersebut dibuat serta siapa pembuatnya, jika tidak dapat merunutnya dengan baik, maka akan ditemui kesulitan untuk mengartikan memberikan pemaknahan, apalagi sampai kepada maknahan filosofinya.. Suatu jalan yang bisa untuk menelusuri tentang arti dan pemaknahannya yang ditempuh dengan cara membaca tanda gambar wujud motif ragam hias tersebut. Sedangkan membaca tanda gambar wujud ragam hias dimaksud masing-masing bisa memberikan pemaknahan yang berbeda tergantung dari sudut pandang mana dan melihatnya. Secara khusus ragam hias dapat diartikan sebagai bentuk karya seni ditambahkan atau sengaja dibuat pada suatu benda agar benda tersebut bertambah indah, meningkatkan penghargaan dari segi spiritual maupun material. Sebagai contoh selembar kain yang sudah diberi motif dibatik pasti akan beda nilainya dengan selembar kain yang masih putih, baik dilihat dari sisi keindahan ataupun penghargaannya. Ragam hias hadir dalam kehidupan manusia merupakan media ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam pengembangan budaya serta menjadi sumber pengetahuan dan petunjuk guna menelusuri perkembangan kebudayaan masa lampau. Ragam hias atau ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Disamping tugasnya menghiasi yang implicit menyangkut segi-segi keindahan, misalnya untuk menambah indahnya suatu barang sehingga lebih indah dan menarik, akibatnya mempengarui pula dalam segi penghargaannya baik dari segi spiritual maupun segi material /manfaatnya. Disamping itu dalam ornament sering ditemukan nilai-nilai simbolik atau maksud-maksud tertentu yang ada hubungannya dengan pandangan hidup filsafat hidup dari manusia atau masyarakat penciptanya, sehingga benda-benda yang dikenal oleh suatu ornament akan mempunyai arti yang lebih jauh dengan disertai harapan-harapan yang tertentu pula Gustami, 19804. Pendapat lain mengatakan bahwa Ragam hias hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat sebagai media ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual yang proses penciptaannya tidak lepas dari pengaruh-pengaruh lingkungan. Ragam hias ditujukan sebagai pelengkap rasa estetika. Rupanya didalam bentuk ragam hias itu terdapat makna simbolik tertentu pula yang berlaku syah secara konvensional, di lingkungan masyarakat pendukungnya Toekio, 198519 Bila kita merujuk pada pendapat Toekio ini memang benar, di dalam bentuk motif ragam hias batik Jambi pasti juga terdapat makna simbolik dan syah bagi masyarakat. Kesulitan bagi kita dalam menelusuri pemaknaan tersebut adalah; yang sampai pada kita sekarang ini hanya bentuk gambar /visual motif-motif batik Jambi, sedang makna simbolik atau makna filosofi yang sebenarnya tidak tertulis dan tidak sampai pada kita. Maka yang paling mungkin dilakukan untuk menelusuri pemaknaan motif batik Jambi yaitu dengan membaca tanda-tanda bentuk visual gambar sesuai karakteristik sosilal, religi dan pemahaman budaya bagi masyarakat pendukung seni motif ragam hias batik Jambi tersebut. Simbol berasal dari kata Yunani Kuno, Symbolos. yang berarti tanda, ciri atau lambang Ensiklopedia Indonesia; 1984;3178 jilid 6 didalam Kamus besar bahasa Indonesia 1995;941, simbol atau lambang yang menyatakan suatu hal atau mengandung makna tertentu. Simbol seperti yang dikemukakan oleh Geertz bahwa simbol adalah sarana untuk menyimpan atau mengungkapkan makna-makna, apakah itu berupa gagasan-gagasan idea, sikap-sikap attitudes, pertimbangan-pertimbangan Jugments, hasrat-hasrat longinging, atau kepercayaan-kepercayaan beliefs, serta abstraksi-abstraksi dari pengalaman tertentu abstrakstion form experience Ficexed, dalam bentuk yang dapat dimengerti Geertz, dalam Tryanto, 1992;20 Manusia adalah makhluk symbolik animal Symbolicum Erms Cassirer 1944;23 dalam kajiannya tentang perbedaan manusia dengan makhluk lain binatang, artinya manusia adalah makhluk yang dapat membuat, menggunakan, dan menangkap atau memahami simbol. Kehidupan manusia penuh dengan tanda dan simbol dalam berbagai bentuk dan pernyataannya. Dalam konteks kebudayaan tertentu setiap orang memakai simbol tanpa banyak berpikir, dengan spontan disebar dalam hubungannya dengan orang lain; dan arti serta maksud langsung dapat ditangkap Rohidi, 1983;41 Dalam seminar Bedah Motif Batik Jambi yang diselenggarakan oleh Disperindag Provinsi Jambi 8 Oktober 2012, seorang narasumber Profesor Yacob Soemardjo, Dosen ITB memberikan ulasan tentang kaidah batik tradisional mengenai bentuk motif, tata letak motif, fungsi motif dan fungsi batik, penerapan serta kapan dipakai, untuk apa dan siapa pemakainya. Semua itu diulas secara gamblang. Berdasarkan ulasan Professor Yakub tentang kaidah batik secara utuh akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa “Di Jambi hingga saat ini belum ditemukan satu bidang kain batik lama yang memiliki kaidah dan pakem-pakem tertentu misalnya dilihat dari tata letak motif, fungsi motif, kapan dipakai dan siapa pemakainya”. Para peserta seminar yakin batik Jambi yang memiliki kaidah dan ketentuan seperti itu pasti ada, dan untuk menentukannya diperlukan penelitian dan kajian lebih lanjut. Budayawan Jambi Drs. H. Junaidi T. Noor, MM yang hadir sebagai narasumber menjelaskan tentang corak dan karakter motif batik Jambi yaitu “Motif batik Jambi memiliki karakter dan corak motif ceplok-ceplok artinya setiap motif itu berdiri sendiri-sendiri, memiliki nama sendiri, dalam penerapannya tidak berangkai tetapi dipadukan antara motif satu dengan yang lainnya motif pokok dengan motif isian” Bila karakter ini dijaga, maka batik Jambi akan dengan mudah dikenali. Narasumber Drs. Ja’far Rassuh mengulas tentang pemaknaan simbolik dan filosofi, memberikan kesimpulan bahwa “Masyarakat Jambi lebih banyak menganut paham kesetaraan social sehingga dalam tatanan masyarakat hampir tidak nampak adanya aturan strata sosial, Masyarakat Jambi menghormati para cerdik pandai, alim ulama dan tuo tengganai, siapapun dia dan berasal dari kalangan social mana itu tidak dipermasalahkan, maka pemaknahan motif batik Jambi hampir semuanya mengandung makna filosofi keterbukaan. Pemaknaan filosofi motif batik Jambi oleh tim perumus berikut ini tentu tidak berlaku mutlak, Sebagai mana yang telah dijelaskan diatas bahwa memang tidak mudah memberikan pemaknahan tersebut. Dari sudut pandang yang berbeda pula, seseorang bisa memberikan makna yang berbeda pula. Filosofi motif batik Jambi biasanya berisi tentang nasehat, ajakan dan pantangan. Karakteristik sosial, kepercayaan religi dan pemahaman budaya masyarakat yang berlaku secara umum setidaknya dapat menuntun kita dalam memberikan pemaknahan filosofi motif batik Jambi dengan menghubungkan dan membaca wujud visual gambar motif ragam hias batik Jambi yang ada sekarang. Tentu ini berlaku untuk motif-motif batik Jambi yang baru tidaklah sulit apalagi jika pembuatnya masih bisa ditemukan dan dimintai keteranganHpMCgNl.