BajuAdat NTT - Nusa Tenggara Timur atau lebih sering disebut sebagai NTT adalah salah satu provinsi yang cukup terkenal dengan destinasi wisatanya alamnya.Menjadi bagian dari Kepulauan Sunda kecil, tidak heran kalau provinsi yang satu ini terdiri dari banyak pulau. Pulau-pulau tersebut punya daya tarik yang dimanfaatkan oleh pemerintah untuk dijadikan destinasi wisata.
Menggunakan pakaian Adat Manggarai Nusa Tenggara Timur NTT, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu'mang menghadiri pementasan Budaya Manggarai Timur dan Penutupan Sepak Bola Poco Ranaka Cup 2017 di Lapangan Sepak Bola AURI Jalan Urip Sumoharjo Makassar, Minggu 24/9/2017. Sebelum memasuki tempat acara pegelaran budaya, Agus Arifin Nu'mang terlebih dahulu dikenakan baju adat Manggarai NTT oleh Sesepuh KKB NTT, DR. Fius sebagai pertanda ia telah dinobatkan sebagai warga Manggarai NTT. Dalam pegelaran Budaya Manggarai tersebut, Agus Arifin Nu'mang diajak warga Manggarai NTT untuk turut melakoni beberapa gerakan yang telah dikemas dalam bentuk tarian dengan menggunakan peralatan untuk berperang. Usai menyerahkan piala kepada para pemenang sepak bola Poco Ranaka Cup 2017, Agus dalam sambutannya mengatakan bahwa dirinya bangga menjadi warga Manggarai NTT, dan bangga menggunakan pakaian adat Manggarai NTT sekalipun bobot sarungnya cukup berat. Agus juga mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan segala sektor di Sulawesi Selatan adalah tidak lepas dari andil orang NTT bersama dengan warga lainnya yang berdomisili di Sulawesi Selatan. "Sulawesi Selatan maju bukan hanya karena partisipasi orang asli Sulawesi Selatan, tetapi itu juga merupakan andil orang-orang yang berasal dari luar Sulawesi Selatan yang telah lama tinggal di wilayah Sulawesi Selatan ini," ujarnya. Minggu, 24 September 2017 Amr/Er Pembahasanlengkap mengenai pakaian adat ini bisa dibaca di artikel: Pakaian Adat Jawa Timur. 17. Kalimantan Barat. Suku Manggarai; Suku Lio; Dari setiap suku tersebut masing-masing memiliki pakaian tradisional yang khas. Namun, dalam dikancah nasional, pakaian khas NTT yang paling di kenal adalah pakaian tradisi Suku Rote. Flores merupakan wilayah kepulauan yang letaknya berada di bagian Indonesia Timur. Wilayah tersebut meliputi Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT. Pulau Flores terkenal akan wisata alamnya yang indah nan asri. Apalagi wisata baharinya yang sayang bila dilewatkan. Wilayah bagian timur ini memiliki beragam suku adat. Kurang lebih ada sekitar 10 suku adat yang menetap di Pulau Flores. Keberagaman suku itulah sebagai daya tarik wisatawan datang ke Flores. Rata- rata wisatawan penasaran dengan kebudayaan dan pakaian adat yang masyarakat Flores miliki. Buat kamu yang belum pernah datang ke Flores dan penasaran dengan pakaian adatnya. Berikut Keluyuran berikan informasinya. Baca sampai bawah ya! 1. Pakaian Adat Suku Sabu * sumber Pakaian adat Suku Sabu terbuat dari tenun ikat yang kemudian diolah menjadi sarung. Proses itu dinamakan hii hawu atau higi huri oleh masyarakat Flores. Motif kain yang digunakan Suku Sabu, yaitu flora, fauna, dan geometris. Pakaian adat wanita dan laki-laki berbeda. Untuk pakaian adat wanita lebih banyak menggunakan aksesori dibandingkan pria. Aksesori yang dipakai biasanya berupa anting, kalung, dan ikat kepala. Lalu, baju atasannya menggunakan kain tenun menyerupai kemban, sedangkan laki-laki memakai kemeja putih dengan sabuk. 2. Pakaian Adat Suku Manggarai * sumber Manggarai merupakan salah satu suku yang berada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Suku tersebut memiliki pakaian adat yang unik dan menarik, yaitu kain songke. Pakaian adat satu ini wajib digunakan oleh wanita Suku Manggarai. Pemakaian kain songke tidak telalu rumit. Lilitkan kain songke pada tubuh hingga dada. Lalu, tentukan bagian motif berada di depan. Setiap motif melambangkan makna yang berbeda. Misalnya, motif wela kaleng yang melambangkan ketergantungan manusia dengan alam. Kain songke ini didominasi oleh warna hitam yang menyimbolkan keagungan. 3. Pakaian Adat Suku Helong * sumber Helong merupakan suku di Flores yang cukup terkenal bagi para wisatawan. Hal itu karena masyarakatnya yang ramah dan welcome kepada pengunjung yang datang. Pakaian adat Suku Helong terbagi dua, yakni untuk laki-laki dan wanita. Konsep pakaian adat ini cukup sederhana dan mudah dipakai. Untuk laki-laki mengenakan atasan kemeja bodo, bawahan selimut lebar, destar sebagai ikat kepala dan perhiasan kalung emas atau dasi tenun. Untuk wanita menggunakan atas kebaya, bawahan kain tenun, ikat pinggang emas, kalung dan ikat kepala berbentuk bulan sabit. 4. Pakaian Adat Suku Sumba * sumber Suku Sumba memiliki pakaian adat yang sederhana dan tidak memerlukan banyak aksesori. Untuk pakaian adat pria dikenal dengan nama hinggi. Pemakaiannya cukup mudah yang terdiri dari dua lembar hinggi, yaitu kawuru dan kombu. Selanjutnya, pada bagian kepala lilitkan kain tiara patang dan buatlah jambul pada bagian kiri maupun kanan. Pakaian adat wanita menggunakan kain kawuru. Kain tersebut dililitkan sampai setinggi dada mirip dengan kemban. Lalu, pada bagian bahu ditutup kain taba huku yang memiliki warna sama dengan kain wuru. Polesan akhir tambahkan anting dan kalung emas sebagai aksesori. 5. Pakaian Adat Suku Lio * sumber Lio merupakan suku tertua yang ada di Pulau Flores, NTT. Jika kamu mencari kain tenun songket dengan kualitas terbaik, bisa datang ke sini. Suku Lio terkenal dengan kain tenunnya yang indah dan lembut. Warisan dalu leluhur nenek moyang itu masih terjaga dengan baik. Kain tenun yang berasal dari Suku Lio bernama ikat pitola. Motifnya cukup beragam, yaitu dedaunan, hewan, dan manusia. Agar menghasilkan karya yang bagus, pembuatan motif menggunakan benang berwarna biru dan merah. Lalu diberikan manik-manik supaya terlihat menarik. 6. Pakaian Adat Suku Rote * sumber Pakaian adat Suku Rote memiliki ciri khas dan menarik. Tidak heran banyak wisatawan yang jatuh hati pada pakaian adat satu ini. Rata-rata mereka tertarik ingin mengenakan topi yang bernama ti’I langga. Bentuknya mirip dengan kopi koboi dari negara Meksiko. Ti’I langga terbuat dari bahan lontar kering yang melambangkan kewibawaan pria. Untuk perempuannya memakai kebaya dan sarung yang ditenun. Lalu, pada bagian kepanya terdapat destar yang berbentuk seperti bulan sabit. 7. Pakaian Adat Suku Dawan * sumber Masyarakat Suku Dawan terkenal pandai merawat alam dengan baik. Mereka melakukan hal yang sama terhadap budaya dan pakaian adat. Sampai saat ini pakaian adat Suku Dawan masih terjaga dengan biak kemurniannya. Pakaian adat Suku Dawan memiliki banyak aksesori, yaitu kalung emas, gelang dan ikat kepala emas. Mereka selalu membawa tas yang terbuat dari kain tenun. Untuk talinya biasanya akan diberikan manik- manik emas. 8. Pakaian Adat Suku Kabola * sumber Kabola merupakan salah satu suku di Pulau Flores, NTT. Suku satu ini memiliki pakaian adat yang unik dan sederhana. Pakaian tersebut terbuat dari kulit kayu yang berwarna putih agak kecoklatan. Tidak tampak adanya perhiasan yang digunakan pada pakaian adat Suku Kabola. Adapun aksesori yang merek kenakan, semuanya terbuat dari kulit kayu. Baik itu berupa gelang, kalung, maupun ikat kepala. Meski demikian, masyarakat Kabola tetap memiliki kain tenun sendiri yang berciri khas. Sudah banyak wisatawan yang berkunjung dan memakai langsung pakaian dari kulit kayu. 9. Pakaian Adat Suku Abui * sumber Suku Abui terletak di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Untuk menemui suku ini wisatawan harus melakukan perjalanan ke Desa Takpala. Tidak mudah menjumpai Suku Abui. Dalam perjalanannya wisatawan akan melewati sawah dan pegunungan yang cukup curam. Masyarakat Suku Abui membuat kain tenun sendiri dengan alat tradisional. Kegiatan itu dilakukan turun temurun dari nenek moyang mereka. Untuk pakaian adat pria ada penambahan pada bagian ikat kepala dan gelang kaki serta senjata panah. 10. Pakaian Adat Suku Sikka * sumber Pernah dengar kota Maumere? Sebagian besar Suku Sikka tinggal di sana. Penduduk Sikka terkenal dengan kain tenun yang terbuat dari pewarna tumbuhan. Kain tenun untuk pria terbagi dua, yaitu Lipa dan Ragi. Keduanya dibedakan dari motif dan warna. Sarung atau tenun untuk wanita bernama Utang. Pakaian adat Suku Abui sering digunakan pada kegiatan upacara adat dan keagamaan. Kain sarung kemudian dililitkan pada bagian bawah tubuh. Biasanya dari bagian pinggang hingga mata kaki. Baju atasan untuk pria menggunakan pakaian labu yang mirip kemeja berwarna putih. Namun, seiring berjalannya waktu mengenakan kemeja selain warna putih diperbolehkan. Lalu, selempangkan lensu sembar pada bagian dada pria. Ikat kepala pakaian adat Suku Sikka cukup unik. Pada bagian kanan dan kiri sengaja dibiarkan panjang menjuntai. Tujuannya untuk memperlihatkan kewibawaan seorang laki-laki. Untuk wanita menggunakan rambut sanggul dengan tusuk konde bernama hegin. Terakhir tambahkan hiasan gelang yang terbuat dari gading pada pergelangan tangan wanita. Flores rupanya memiliki aneka ragam pakaian adat yang unik dan menarik. Pakaian adat merupakan warisan nenek moyang yang harus dijaga dan dilestarikan dengan baik. Hal ini tidak hanya berlaku bagi suku yang bersangkutan, tetapi untuk kita semua sebagai warga negara Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu yang penasaran dengan pakaian adat Pulau Flores. PakaianAdat Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat beragam karena daerah dihuni oleh beberapa suku adat yang memiliki pakaian adat yang beraneka ragam. Paulus Ruteng - Flores - NTT mengenakan pakaian adat manggarai dan berhiaskan BALIBELO di kepala tanpa judul GOET MANGGARAI Nilai Religius - Mori jari dedek tanan wa awangn eta pukul parn Indonesia merupakan negara kaya akan budaya. Mulai dari kuliner, tarian hingga kain tradisional. Kain tradisional dari berbagai daerah dengan karakteristik tersendiri membuktikan bahwa Indonesia kaya akan keberagaman. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah menetapkan sebanyak 33 jenis kain tradisional sebagai warisan budaya. Batik salah satunya yang sudah popular hingga di level mancanegara. Namun yang tidak kalah populernya adalah adanya kain songket, tenun, ulos dan beberapa jenis kain langka yang sudah sulit ditemui. Berbicara soal kain tenun, Nusa Tenggara Timur salah satunya memiliki banyak ragam tenun ikat. Salah satunya adalah Songke. Songke adalah tenun khas masyarakat Manggarai yang berdiam di sisi barat Pulau Flores. Kain tenun ini wajib dikenakan saat acara-acara adat. Antara lain saat kenduri penti, membuka ladang randang, hingga saat musyawarah Nempung. Pada tahun 1613-1640 kerajaan Gowa Makasar, Sulawesi Selatan pernah berkuasa di hampir seluruh wilayah Manggarai Raya. Pertemuan dengan berbagai macam kepentingan budaya melahirkan sesuatu yang baru bagi kebuadaayan orang Manggarai termasuk di dalamnya masalah berbusana sehingga kebudayaan dari Makasar sebagiannya dibawa ke Manggarai termasuk juga masalah kain yang dipakai. Orang Makasar menyebut songke dengan sebutan songket, tetapi orang Manggarai lebih mengenalnya dengan sebutan songke tanpa akhiran huruf t. Kaum laki-laki biasa mengenakan tengge Songke lalu mengombinasikannya dengan destar atau ikat kepala atau peci khas Manggarai. Sementara para perempuan mengenakan dengan cara yang sama dengan atasan kebaya. Kain songke juga dipakai oleh para petarung dalam tarian Caci serta, dimanfaatkan sebagai mas kawin belis hingga untuk membungkus jenazah. Kain ini umumnya berwarna dasar hitam. Warna hitam bagi orang manggarai warna hitam melambangkan kebesaran dan keagunan serta kepasrahan bahwa semua manusia pada suatu saat akan Kembali kepada Mori Kraeng Sang Pencipta. Sedangkan warna benang untuk sulam umumnya warna-warna yang mencolok seprti merah, putih, orange, dan kuning. Motif yang dipakai pun tidak sembarang. Setiap motif mengandung arti dan harapan dari orang Manggarai dalam hal kesejahteraan hidup, kesehatan dan hubungan, baik antara manusia dan sesamanya, manusia dengan alam maupun dengan Sang Pencipta. Di rangkum dari beberapa sumber, berikut Motif kain Songke beserta artinya Motif Su’i Motif ini berupa garis-garis yang seolah memberi batas antara satu motif dengan yang lainnya. Namun garis-garis ini bukannya tanpa arti. Su’i melambangkan segala sesuatu yang memiliki akhir. Seperti hidup yang cepat atau lambat akan menemui ujungnya. Su’I juga dapat berarti kehidupan masyarakat Manggarai dibatasi oleh garis-garis berupa peraturan adat yang tidak boleh dilanggar. Motif Mata Manuk Mata manuk artinya mata ayam. Motif ini dikaitkan dengan Tuhan yang maha melihat. Masyarakat Manggarai meyakini kebesaran Tuhan yang mempu melihat hingga ceruk paling gelap sekalipun. Perbuatan manusia tidak ada yang luput dari pengamatan-Nya. Motif Wela Ngkaweng Wela berarti bunga. Sementara ngkaweng adalah sejenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Manggarai untuk mengobati luka hewan ternak. Wela nkaweng mengandung makna bahwa kehidupan manusia yang bergantung pada alam. Kelestarian alam akan menunjang kehidupan manusia dari waktu ke waktu. Motif Wela Runu Yang melambangkan bahwa orang Manggarai bagaikan bunga kecil tapi memberikan keindahan dan hidup di tengah-tengah kefanaan ini. Motif NtalaNtala berarti bintang. Motif ini terkait erat dengan salah satu petuah Manggarai Porot langkas haeng ntala’, yang artinya hendaklah mencapai bintang. Motif ntala bermakna, hendaknya kehidupan selalu berimbas positif bagi sesama serta memberikan perubahan pada lingkungan sekitar. Motif Ranggong Ranggong adalah laba-laba. Bagi masyarakat Manggarai, laba-laba adalah hewan yang ulet dan bekerja keras dalam hidupnya. Kejujuran dalam hidup akan membuahkan hal baik, disenangi dan dimuliakan oleh orang di sekitar. Continue Reading IzTfOK.
  • eoix1ygb0v.pages.dev/406
  • eoix1ygb0v.pages.dev/563
  • eoix1ygb0v.pages.dev/463
  • eoix1ygb0v.pages.dev/384
  • eoix1ygb0v.pages.dev/393
  • eoix1ygb0v.pages.dev/428
  • eoix1ygb0v.pages.dev/485
  • eoix1ygb0v.pages.dev/327
  • pakaian adat manggarai timur